Lanjut ke konten

Sekilas Tentang Dekonstruksi

20 Agustus 2015

Dekonstruksi merupakan inti dari filsafat yang diajarkan oleh Derrida. Filsafat dekonstrusksi menuntut kita untuk menghargai yang namanya perbedaan, begitulah kalau penulis boleh menggampangkanya. Memang dalam setiap bahasa yang disampaikan oleh banyak tokoh filsafat termasuk Derrida susah untuk dicerna jika kita langsung membaca karyanya langsung tanpa membaca karya saduran seperti karya Al Faydl yang berjudul “Derrida” dan tidak melakukan diskusi dengan teman sebaya atau orang yang lebih memahami tentang filsafat dekontruksi Derrida.

Sebelum membahasa Derrida penulis ingin memberikan penjelasan singkat mengenai siapa Derrida ? Derrida merupakan filsuf yang masuk aliran postmodern dan poststrukturalisme. Sebenarnya penulis cukup enggan menggunakan kata aliran, karena keterbatasa kosa kata yang dipahami penulis dalam kajian filsafat oleh sebab itu penulis menggunakan kata aliran untuk mempermudah maksud penyampaian bahasa yang ingin disampaikan. Posmodern memiliki arti yang cukup luas dan belum memiliki definisi yang baku, sebenarnya kata postmodern ini sudah digunakan sejak akhir tahun tujuh puluhan dibidang arsitektur. Dalam perkembanganya kata ini juga digunakan dalam kajian filsafat. Jika penulis boleh mendefinisikan postmodern yang merujuk dalam buku Mike Featherstone yang berjudul “Posmodernisme dan Budaya Konsumen” Posmodern bisa didefinisikan kondisi pasca modern. Dalam beberapa literature dijelaskan bahwa postmodern masih berhubungan erat dengan modern , karena postmodern lahir dari pecahan moderniseme. Posmodern juga didfenisikan sebagai kritik terhadap modern. Era modern menurut postmodern sudah tidak berlaku pada masyarakat kita sekarang ciri modern yang menghendaki penyatuan diskursus, kebulata, keajekan dan juga penekanan terhadap kuantitas sudah mulai kehilangan arahnya. Penjabaran mengenai ciri modern bisa pembaca temukan dalam buku karya George Ritzer yang berjudul “Mcdonaldisasi”.

Hampir sama dengan posmoderniseme, postrukturalisme juga merupakan bentuk kritik terhadap strukturalisme. Strukturalisme menurut buku karya Seno Joko Suyono yang berjudul “Tubuh yang Rasis” merupakan kajian yang berfokus terhadap kajian teks. Sutrukturalisme tidak memiliki definisi yang pasti sama seperti modern. Beberapa tokoh menyebutkan bahwa strukturalisme memiliki definisi bahwa struktur memiliki posisi yang lebih tinggi daripada individiu atau individu diciptakan oleh struktur. Dalam tulisan ini definisi yang pertama menjadi acuan yaitu strukturalisme yang berhubungan dengan teks.

Filsafat Derrida juga mengacu terhadap teks dan penolakanya terhadap modernism. Oleh sebab itu Derrida sering diberi label poststrukturalisme dan posmodernisme. Jika kita melihat kata dekontsruksi kata tersebut memiliki kata dasar yaitu konstruksi yang artinya membangung, penanambahan de merupakan negasi dari konstruksi atau membagun berarti filsafat Derrida adalah filsafat yang merubuhkan atau menghancurkan. Filsafat Derrida memang filsafat yang menghacurkan. Derrida telah menghancurkan pemikiran filsafat-filsafat sebelumnya. Menurut Derrida para filsuf telah memberikan pemikiran filsafat yang mengacu pada kebenaran mutlak. Kebenaran didefinisikan secara beragam dan kebenaran yang kaku yang disodorkan oleh filsuf sebelumnya tersebut menurut Derrida telah menghilangkan keberagaman kehidupan manusia. Menrut Derrida para filsuf terlalu mendikte kita sampai sampai bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, secara tidak langsung tindakan mendikte inilah yang seolah olah menafikan realitas manusia yang kompleks.

Sebenarnya filsafat Derrida yang dijabarkan dalam tulisan ini sangatlah miskin, mengngat betapa kayanya pemikiran Derrida. Konsep Derrida mengenai logosetris, fonosentris, metafisika dan beberapa konsep lainya untuk memahami dekonstruksi tidak dijabarkan disini. Untuk para pembaca yang tertarik dengan pemikiran Derrida silahkan membaca buku-buku yang membahas pemikiran Derrida seperti buku karya Al Faydl yang berjudul “Derrida”, buku karya Madan Sarup yang berjudul “Postrukturalisme dan Posmodernisme, buku karya Setyo Wibowo yang berjudul “Para Pembunuh Tuhan” dan beberapa buku lain yang membahas pemikiran Derrida.

Penulis tidak bisa membahas seluruh pemikiran Derrida dalam tulisan, ini dikarenakan selain keterbatasan literature, penulis juga ingin mengajak para pembaca untuk sesekali mengisi waktu luangnya untuk pergi ke toko buku ataupun berkunjung ke perpustakaan terdekat baik itu perpustakaan kampus, sekolah ataupun umum. Selamat membaca dan nikmati teks yang ada 😀

4 Komentar leave one →
  1. 9 Agustus 2016 01:01

    Mmg ptg memahami konsep “dekonstruksi”. Karena dr konsep itu dpt membangunkembali (rekonstruksi) dalam aspek kehdpan..
    http://www.etalasekabgsil.wordpress.com

  2. 2 Februari 2017 03:14

    Maaf baru aktif lagi ini pak. Siap, kunjungan balik pak 😀

  3. 31 Maret 2021 00:50

    Makasih pencerahannya

Tinggalkan komentar