Lanjut ke konten

Review Buku “Wanita Bergerak”

7 Februari 2015

Judul buku: wanita bergerak

Penulis: Ir. Sukarno

Penerbit: Kreasi Wacana

Tebal: 134 halaman

Sumber Gambar: pojokbukusastra.blogspot.com

Buku kecil tulisan bung Karno, mengenai pergerakan wanita. Selama ini wanita dianggap hanya pasif menerima keadaan. Kaeadaan disini maksudnya adalah pasca revolusi Perancis. Pada masa revolusi Perancis yang menandai runtuhnya kekuasaan kerajaan dan ditandai dengan semboyan kemerdekaan, persaudaraan dan kesetaraan. Semboyan yang digadang gadang sebagai titik awal bebasnya manusia dari perbudakan, masih menyisakan ketidaksetaraan dalam pemenuhan kebetuhuan untuk semua warga negaranya. Dalam hal ini wanita masih dipandang sebelah mata pada masa pasca revolusi, karena yang berhak mendapatkan buah manisnya revolusi hanya laki laki saja. Hal ini terlihat dari terbatasnya akses perempuan pada bidang pendidikan, politik dan kebebasan mengutarakan pendapat.

Dalam buku ini kita akan diajak oleh bung Karno untuk mengetahui pergolakan gerakan wanita, yang menuntut kesetaraan hak pasca terjadinya revolusi. Dari buku kecil ini kita akan mengetahu beberapa nama tokoh wanita, yang berperan penting dalam gerakan wanita. Tokoh tokoh tersebut diantaranya Mercy Otis Warren, Abigail Smith Adams, Olympe de Gouges, dan beberpa tokoh wanita lain yang menggaungkan kesetaraan antara laki laki dan perempuan.

Bung Karno dalam buku ini menjelaskan pergerakan wanita dibagi beberapa tahapan. Tahapan pertama hanya peregerakan wanita yang yang menyempurnakan sosok wanita. Pergerakan wanita tahapan kedua ditandai dengan tibulnya gerakan feminis. Gerakan wanita tahapa ketiga adalah tahap tertinggi dimana terbentuknya masyarakat sosialis.

Gerakan wanita tahap pertama tidak dibahas lebih mendalam oleh bung Karno, karena hanya berkutat pada aktifitas yang lebih mengukuhkan posisi wanita yang menjadi objek, subordinat, dan di bawah perempuan.

Gerakan wnita tahap kedua, ditandai dengan lahirnya gerakan feminis yang digawangi oleh Mercy Otis Warren dan Abigail Smith Adams. Gerakan ini dikritik oleh bung Karno, dianggapnya gerakan burgerliyk (gerakan kalangan menengah atas).  Kritik ini disampaikan oleh bung Karno,karena kaum feminis hanya memperjuangkan hak hak wanita kelas atas seperti kebebasan mengakses pekerjaan, pendidikan dan akses di bidang politik. Semua tuntuntan akses kaum feminis ini sangat bias kelas menurut bung Karno. Contohnya seperti kebebasan akses dalam pekerjaan, hal ini dianggap sebgai tuntutan wanita kelas atas, karena pada saat itu wanita dari kalangan bawah sudah bekerja sebgai buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan. Tuntutan akan kesetaraan pekerjaan, merupakan tuntutan kalangan menengah atas, karena wanita kalangan menengah atas  ingin bekerja hanya untuk mengisi waktu luang, pada saat itu wanita kalangan atas banyak memiliki waktu luang.

Pada perrgerakan wanita tahap ketiga adalah pergerakan wanita terakhir. Pergerakan sosialis, dalam gerakan ini kepentingan yang diperjuangkan tidak hanya  dari wanita, akan tetapi juga kepentingan lelaki. Jadi pada tahapan akhir diharapkan lahirnya masyarakat yang setara.

No comments yet

Tinggalkan komentar